Halaman 5: Rule of Thirds



Aturan ini sudah berulangkali diajarkan suami, tapi dasar saya tipikal kinestetik, hal semudah ini ga bisa dicerna dengan hanya diberitahu. Perlu mengamati dan membaca sendiri biar tahu apa maksudnya.

Dalam menempatkan objek, rule of thirds ini membantu memberikan proporsi yang lebih artistik ketimbang secara monoton menempatkan objek di tengah-tengah sorotan kamera.

Hal ini didasarkan pada psikologis mata manusia yang secara natural tidak langsung tertuju pada bagian tengah foto namun kepada objek yang paling fokus. Apa menempatkan objek di tengah2 itu salah? Ya enggak juga sih. Rule of thirds ini memudahkan kita saja supaya ga cepet kapok karena objek yg kita foto gak ada seninya sama sekali. Ha, itu mah saya aja kali ya.

Untuk memudahkan fokus dan gak terlalu mikir pas capture momen, patokan utamanya: pokoknya objek foto jangan ditengah-tengah (hanya saja perlu eksperimen ribuan kali kayaknya biar ketemu feel-nya).

Contoh-contoh rule of third dikompilasi dari sinisinisinisinisini, dan sini.

Kesulitan saya sih, objek sudah di tepi atau tidak ditempatkan ditengah tapi ngatur fokusnya aduhai brekele ga jadi-jadi. Kalau sudah cukup merepotkan dan terancam kehilangan momen mending auto setting aja deh aahahaha.

Coba perhatikan hasil praktikum rule of thirds dari saya. Ga ada yang puguh, bwakakaka. Dipikir-pikir ketika hunting foto, kita ga bisa terlalu nge-blank ya. Asal foto gitu, ga rekomen. Mesti banget riset: kontur, posisi, demografi, sosial, ekonomi, temperatur. Plus plan A-Z manakala momen yang jadi prioritas kita gagal dieksekusi. Eh, sebentar, ini mau foto apa mau bikin undang-undang sih,hihi.


Beberapa catatan dari eksperimen ini sih, untuk malam hari dan di dalam ruangan kalau ga mau pake ISO gede, SSnya diturunin, F nya maksimum. Ini WB juga saya setting manual, kalau ga salah di angka 4500 K (ada bidang putih mah auto WB biar gampang, ini saya kecentilan aja). Dan kayanya perlu nyalain lampu satu lagi buat menghilangkan bayangan. Tapi ini belum dicoba-coba sih.

Kesimpulan: mungkin lebih enak nimbrung di uploadkompakan, deh. Objeknya udah dipancing, tinggal kreativitas aja buat menajamkan sisi artistik fotonya. Ini saya belum masuk ke eksperimen flatlay, deh. Kalo kata suami, sayang kameranya dipake flatlay aja. 'Sayang' itu pun saya belum nemu feel yang cocok buat flatlay.

Btw, flatlay ini juga mau saya seriusin karena dari sisi sumber daya yang tersedia lebih memungkinkan dieksekusi daripada street photoghraphy. Disamping mau meringankan beban copywriting dengan ilustrasi pribadi yang lebih sederhana.

Hmm, banyak euy PR na. Jadi ga ya, belajar coding?

Hahaha, serakah amat mbak. Satu dulu kek diseriusin?

Ish, eta coding ibarat kita bangun toko nya, ceu? Story komoditasnya, fotografi etalasenya.

Repot atuh, mbak.

Ya, iya sih. Tapi kapan lagi?

2 comments: