Lagi demen nyari-nyari ide desain rumah. Well, misua sih belum ‘ok’ buat beli rumah. But, gapapa. Cari desainnya dulu, bangunnya kapan-kapan. Buatku sih, gak ada masalah dengan harapan. Pasti terwujud. Pasti. Meskipun entah kapan.
Kemarin-kemarin beli buku Small-Budget House karya Imelda Akmal. Lumayan, buat ide membanting biaya pembuatan rumah. Plus beli juga buku RAB Pembangunan Rumah. Lumayan belajar dikit-dikit ttg teknik sipil. Dan dimulailah impian pembuatan rumah.
Imelda Akmal memberikan beberapa ide dan dibaca-baca hampir semua rumah menyarankan 3 hal:
- Bahan baku lokal
- Mengurangi biaya kuli bangunan dengan memilih material dengan bidang satuan yg besar.
- Ruang kotak
Bahan baku lokal maksudnya memanfaatlkan standar bahan-bahan yang ada. Gak usah pake marmer kalau gak urgen amat :D apalagi pualam Cina atau material vulkanik Merapi misalnya :D. Selain rempong ngangkut dari tempat asalnya biaya angkutan juga bakal menggelembungkan budget pembangunan rumah.
Trus material gak melulu batu bata, bisa baja ringan (ini aku juga baru tau) . Baja ringan bisa kita atur-atur setting satuan bidangnya. Ada satu rumah full dari baja ringan untuk rangkanya dan multipleks untuk temboknya. Diatur sedemikian rupa, lumayan loh, berkarakter hasilnya. Trus, kayu kelapa. Jenis ini selain mudah didapat, lumayan tahan lama. Ngomong-ngomong saka/tiang di rumah mbah-ku itu sudah lebih dari usia ibu-ku tapi masih tetap berdiri lho. Jadi, aku sih gak meragukan kekuatan kayu kelapa (apalagi Kebumen sering gempa). Trus, batako. Sempet gamau bikin rumah pake batako, asli panas, hot, kek di-oven. Tapi bidang satuan batako yang beberapa kali lipat lebih besar dari batu bata memang menekan waktu pembuatan rumah. Mungkin gak perlu disemen kali ya supaya nyimpen panasnya gak terlalu awet, biarkan unsur aslinya terekspos. Jadi ada udara bersirkulasi di batako nya sendiri. Dengan begitu bisa jadi rumah lebih adem (mungkin).
Untuk kriteria desain rumah sendiri maunya yang tradisionil dan hommy. Salah satu aliran desain yang saya suka adalah gaya ekletik. Gaya ekletik ini sederhananya rancangan yang tabrak lari. Nah, kalau minimalis itu kan udah tampak high class pluss kadang mahal pulak. Ekletik memang bisa peres budget kalau ide harus dieksekusi saat itu juga dan tepat sesuai dengan apa yang dipikirkan. Tapi bisa hemat kalau nyicil. Gaya ekletik memungkinkan kita untuk mengambil furniture dari material berbeda dengan tetap memperhatikan unsur keserasian. Jadi gak usah maksain beli kitchen set sepaket misalnya. Bisa aja diakalin pake kitcen set bekas hasil kanibal. Kalau kita kreatif hasilnya bisa sangat artistik. Coba aja cari kata kunci ekletik. Unik dan hommy. Beda dengan gaya minimalis yang cenderung ‘dingin’.
Contoh gaya ekletik:
Gak harus seragam kan, yang penting serasi?
Demikian sekilas info. Semoga bermanfaat.
No comments:
Post a Comment