Halaman 21: Catatan Kopdar Saudagar Nusantara 2017

Gambar ambil di sini.

Berdasarkan penguatan dari acara ini, saya pun mencari-cari gerakan sosial yang diinisiasi millenial. Saya lupa kapan tepatnya follow Rendy Saputra untuk menyimak ide dan tulisannya. Dari narasi (kepanjangan untuk sekedar status) yang diunggahnya di Facebook nampak-di mata saya-memenuhi kategori gerakan yang saya cari. Baik, vision, opportunity, incentive, community dan entrepreneurship kumpul jadi satu dalam inisiasinya mengumpulkan saudagar se-Nusantara.

Komunitas entrepreneur memang sudah banyak. Namun yang dicetuskan oleh millenial kan rata-rata masih eksklusif. Disamping karakter millenial yang sulit diterima generasi sebelumnya sehingga komunitas yang ada relatif belum membumi. Publikasi, advertising, dan packaging komunitas-komunitas millenial tersebut sih oke. Hanya saja pendekatan yang mereka lakukan masih top-down. Jadi macam saya yang early millenial ini, sikap mereka masih diterjemahkan sebagai sebuah 'kesongongan' (maaf bahasanya ga baku) meski murni niat mereka beneran buat empowering. Nah, copywriting yang ditawarkan Rendy ini saya lihat direspon dengan baik pula oleh berbagai generasi, berbagai latar belakang dan berbagai daerah. Jadi Insya Allah kalau saya berpartisipasi pun harapannya bukan sekedar gegayaan. Namun, ada kontribusinya untuk publik secara keseluruhan.

Karena niatnya memang untuk mengamati, keinginan saya untuk mengikuti acara KSN 2017 dengan beberapa bonus yang dijanjikan terlepas entah bermanfaat atau tidak buat saya nantinya, saya anggap tidak ada ruginya. Untuk teman-teman yang hendak ikut bulan Desember 2018 nanti, mungkin beberapa catatan ini bisa membantu menggambarkan apa saja yang bisa teman-teman persiapkan atau dapatkan di acara Kopdar Saudagar Nusantara.

Pertama, masalah perjalanan ke venue acara di SICC-Bogor. Lokasi ini sebenarnya tenar untuk acara-acara konser internasional seperti Justin Bieber, hanya saja selain kendaraan pribadi, posisi SICC cukup merepotkan untuk dijangkau. Saya tidak mengikuti acara full time, karena untuk sesuatu yang baru saya amati rasanya belum perlu bela-belain hadir meninggalkan keluarga ya. Jadilah saya pulang-pergi selama 2 hari tersebut. Dari Jakarta saya memilih KRL, turun di Stasiun Cilebut lalu menyambung perjalanan menggunakan go-jek yang ternyata Subhanallah jauuuuhhh. Pulang ke arah Stasiun Bogor pun demikian. Alhasil lepas acara 2 hari tersebut saya radang tenggorokan, flu, batuk hingga 2 bulan berikutnya. Puas banget, deh.

Kedua, persiapkan perbekalan dan fisik secara baik. AC di SICC warbyasak ganas. Kan ga bisa request dikecilin itu AC, nanti kenyamanan yang lain terganggu. Hal yang memungkinkan adalah bawa jaket tebal untuk menghalau hawa dingin yang cukup kejam di dalam gedung. Jangan lupa sarapan, meski di SICC disediakan tenda khusus untuk penjual makanan, tapi ngantrinya Masya Allah. Sedangkan makan siang dan makan malam sudah masuk dalam fasilitas yang didapatkan peserta. Btw, inget ga boleh bawa makanan dan minuman ke dalam gedung SICC jadi cukupkan kebutuhan fisik Anda sebelum masuk. Trus bawa juga powerbank, stop kontak sih bisa ditemukan beberapa namun daripada mengganggu kekhusyukan Anda dalam mengikuti acara lebih baik membawa 'nyawa' cadangan.

Ketiga, Kopdar Saudagar Nusantara ini parallel dengan panggung Festival Saudagar Nusantara yang isinya lapak workshop komunitas-komunitas entrepreneur rekanan penyelenggara. Ada SBO (Sekolah Bisnis Online), Komunitas Innovator Bisnis, Kangen Water, Stifin, Active Muslima, Komunitas Sukses Mulia, dan Tempa Trainers Guild. Nah, karena isinya lebih ke promote komunitas tersebut maka FSN ini gratis untuk diikuti. Saya sih, ga sempat mengamati satu per satu komunitas di FSN ini. Namun yang jelas, kelak akhirnya saya mencoba kelas SBO dari Teh Muri Handayani. Di luar event FSN tentu. Next, tips buat pengamat kayak saya bawa aja kartu nama, berbual sajalah tentang bisnis yang Anda punya entah apapun itu. Inget lho ini event-nya para bakul. Semua orang di sini bakulan, jadi jualan sajalah sebelum Anda dijual-jualin. Jangan mau rugi, hihi.

Keempat, meskipun ujung-ujungnya Anda nanti di-prospek-in tapi tetaplah bersosialisasi. Paling mudah ya, berlangganan kuliner di foodcourt. Mencicipi produk-produk kuliner hitung2 sambil menggunakan kesempatan tersebut untuk membantu pedagang mendapatkan testimoni. Saling membantu peserta lain yang kebingungan atau kesulitan.

Selfie? Hmm, saya pribadi foto secukupnya sebagai laporan ke suami. Kesempatan foto dengan Ricky Elson, misalnya, meskipun saya nge-fans setengah mati ya tidak saya lakukan. Selebritas itu racun untuk pergerakan. Para founding fathers setelah menyuarakan pemikirannya ditangkap, diasingkan bahkan dirusak nama baiknya. Hal yang sama tidak terjadi lagi hari ini. Maka, acap kita temukan seorang tokoh berbalik dari idealisme awalnya. Sudah cukup hai, khalayak, jangan-jangan kita juga yang merusak mereka.

Kebiasaan saya ini keterusan ke event-event yang lain. Bertemu dengan tokoh manapun tak buru-buru we-fie. Nanti saja saya pikir, kalau saya teken kontrak atau ada deal dengan tokoh tersebut baru buru-buru dicapture, buat bukti. Hahaha.

Kelima, pembicara favorit saya Salman Subakat, Jaya Setiabudi, Dewa Eka Prayoga, Heppy Trenggono dan Ricky Elson. Ashraf Sinclair? Saya dan beberapa emak-emak malah sibuk kasak-kusuk karena kalau dilihat pake sedotan dari Kota Bogor pun kayaknya Ashraf masih tetep kelihatan charming, jadi apa yang dia bicarakan ke-skip semua di kepala. Hahahaha. Apa pembicara yang lain kurang sedap? Namanya entrepreneur kan beda-beda ya, ga semuanya bisa menguasai panggung tapi yang jelas mereka semua terbukti menguasai ilmu bisnis. Jadi meskipun membosankan tetaplah sigap mencatat karakter apa saja kira-kira yang membuat mereka sangat adaptif dengan lingkungan bisnis yang fluktuatif. Kan bisnis bukan tentang sepik-sepik doang, tapi juga eksekusi lapangan.

Niat baik mestinya akan menuai hasil yang baik. Buat saya sebagai peserta amatir, KSN 2017 membuka banyak pintu silaturrahmi dengan dunia yang sebelumnya sangat asing. Saya tidak punya gen pedagang. Leluhur saya kebanyakan guru ngaji dan pekerja. Jadi berdagang itu, meski sunnah Rasulullah tapi sangat abstrak di kehidupan saya. Saya tahu teorinya dari kuliah-kuliah yang saya ikuti. Apakah saya bisa menjamin teori-teori tersebut aplikatif dalam dunia entrepreneur itu yang tidak bisa saya pastikan. Dan buat saya sebelumnya (di Indonesia ini) pedagang=uang, saya belum melihat value lain dari perdagangan selain materialistik. Ah, dulu sedih saya kalau bicara perdagangan apalagi sembari membawa alasan syiar. Ngilu.

Setelah mengikuti event ini pelan-pelan mindset saya bisa diajak kompromi perihal segala aktivitas berdagang. Betul sekali Allah bilang, andai pun kemudian satu generasi berbondong-bondong terpukau dengan dunia dan terlalu banyak "menyiasati" Nya maka mudah bagi Allah mendatangkan generasi lain yang lebih memilih akhirat dan mempertahankan kejujuran hatinya. Tidak semua pedagang gelap mata, sungguh tidak semua.

Saya pun secara bertahap mulai menjalani aktivitas bisnis sebatas kemampuan. Yang saya cari skill bisnis, maka saya pun memulai bakulan sebagai bagian dana usaha. Iya, hasil bakulan itu bukan saya yang menikmati meski saya yang keluar modal. Ini sebagai tantangan ke diri sendiri juga: berani gak, Sav? Yang modalin elu, yang capek elu, yang terima komplen elu, hasilnya buat orang lain, nama elu ga disebut-sebut, bahkan mungkin kelupaan berterimakasih, BERANI GAK?

Tantangan ini saya jalani sambil jatuh-bangun. Memang untuk tidak jumawa, Allah punya "tamparan" tersendiri ke manusia. Termasuk saya.

Yang jelas, mungkin saya perlu hadir KSN lagi tahun ini untuk menambah setrum.

Alhamdulillah ala kulli haal.

No comments:

Post a Comment