Halaman 47: Recap One Day Seminar Millenials - Jakarta

Usia saya sudah 31 tahun menjelang akhir tahun, ketika seorang senior mengutarakan keheranannya terhadap saya: " Kenapa ga cari job lain yang sesuai dengan pendidikan? Pendapatan bisa lebih diupgrade dari yang sekarang, lho."

Saya diam. Tidak menemukan jawaban. Apa karena cinta dengan job yang sekarang? Atau karena pilihan yang saya punya terbatas? Pertanyaan-pertanyaan ini mendadak berpilin di kepala. Dorongan untuk mendapatkan jawaban pun terasa mendesak. Saya mencari event yang cukup menarik, harga bersahabat dan tentu saja tempat yang relatif terjangkau hingga akhirnya berjodoh dengan One Day Seminar Working with Millenials Generation dari Maxima Consulting di Menara Sentraya, Blok M.

Asli inimah jodoh pisan euy. Lagi sekrol-sekrol facebook, eh nemu brosur seminar ini. Eh, cocok. Eh, gampang kesananya. 

Saya pun mengangguk-anggukan kepala saat satu per satu panelis memaparkan sudut pandangnya tentang millenials. Ya! Bener banget! Eta pisan! Entah berapa kali saya berteriak dalam hati ketika mendengar titik-titik kesamaan pengamatan pemateri dengan apa yang selama ini saya alami.

Sudah saya baca banyak hal tentang fenomena milenial ini, saya tahu sekilas jika demografi milenial ini cepat atau lambat menduduki puncak proporsi kependudukan kita. Dan ini akan sangat berpengaruh ke berbagai penawaran yang akan disodorkan ke mereka. Topik tentang millenials naik daun sejak seluruh penduduk bumi ini diresahkan oleh fenomena disruption yang merombak banyak tatanan hidup yang hampir saja laten.

Dan memang saya hadir di seminar ini tidak membutuhkan penjelasan, namun penguatan bahwa semua orang sedang berlomba-lomba menyesuaikan diri dengan keaadaan yang seolah tak pernah jenuh dengan perubahan.

Lalu akhirnya saya memahami mengapa saya (sebagai bagian dari early millenials) kadangkala cepat merasa jenuh dengan sebuah visi. Secara garis besar, materi dari Pak Pambudi Sunarsihanto cukup merangkum karakteristik generasi millenial antara lain:

• VISION

Yang paling menarik generasi millenials adalah apapun aktivitas yang mereka jalani harus punya visi yang jelas. Ini bener banget,euy. Buat millenials: I want to know that what I do makes a difference. Aktivitas dengan visi yang tajam dan transparan akan lebih memikat generasi millenial ketimbang yang sekedar menempatkan mereka sebagai objek. Meskipun dimanjakan dengan berbagai fasilitas millenial akan selalu mencari narasi besar dari kerja sederhana yang mereka lakukan. Tidak heran jika generasi ini lebih memilih bekerja di start up yang memberikan ruang aktualisasi lebih leluasa ketimbang perusahaan besar ternama dengan koordinasi dan birokrasi berlapis yang membatasi ruang gerak mereka.

• OPPORTUNITY

​Kesempatan untuk belajar dan berkembang adalah pertimbangan paling fundamental untuk menarik keterlibatan millenial. Keinginan yang kuat untuk berkembang adalah pembeda antara millenial dan generasi lain di dalam aktivitas apapun.

• INCENTIVE

Pada umumnya millenial kurang menyukai aktivitas formal yang menyita banyak waktu . Dalam dunia kerja pun mereka tidak tertarik menjadi fulltime worker. Bahkan menurut Pricewaterhouse and Coopers (salah satu dari empat lembaga audit keuangan bergengsi.pen) mengenai studi millenial di tempat kerja, banyak diantara millenial rela melepas bonus atau menunda promosi demi mendapatkan jadwal kerja yang ideal menurut mereka.  Millenial tidak akan hanya menghabiskan waktu mereka untuk mendapatkan uang, mereka akan berinvestasi untuk menambah keterampilan dan pengetahuan yang mereka butuhkan untuk bertumbuh baik secara personal maupun profesional.

Dan pada akhirnya, lebih dari generasi sebelumnya, millenial menempatkan narasi besar dan keterlibatan sosial sebagai pertimbangan utama bagaimana mereka memfokuskan energi dalam suatu hal. Mereka menempatkan narasi ini pada sebuah alur pemikiran yang parallel: bagaimana mereka menempatkan diri secara tepat dalam sebuah aktivitas? Bagimana kinerja mereka relevan terhadap narasi tersebut? Apakah setiap orang peduli apa yang mereka lakukan?

• COMMUNITY

Millenials gemar berkerumun. Mencari tempat-tempat yang sesuai dengan aktualisasi mereka. Dengan komunitas mereka merasa terdefinisi secara baik, bekerja lebih konsisten, mampu menyalurkan opini mereka dengan lebih tertata, dan langsung mendapatkan feedback dari hasil aktivitas mereka.

• ENTREPRENEURSHIP

Nha ini. Berdasarkan karakteristik di atas maka millenial akan lebih tertarik untuk mandiri secara finansial menjadi seorang entrepreneur. Mereka bisa menyusun narasi besar sendiri, mengatur kesempatan, memperbesar peluang berkembang dan sekaligus terlibat dalam komunitas. Millenials = entrepreneurship to be sudah jadi gejala jamak. Jadi mbak, wajar bagi Anda kalau tarikan untuk bakulan cukup kuat.

Dari pemaparan tersebut sebenarnya kita hanya mendengarkan hal-hal yang indah-indah tentang millenial. Pun masih terfokus pada karakteristik millenial perkotaan. Kita belum mendapatkan bagaimana sisi gelap millenial: kecenderungan penyimpangan perilaku maupun kriminalitas yang ditimbulkannya. Pada titik mana millenial jadi sangat mengganggu dan destruktif sepertinya masih dalam penelitian selanjutnya.

Overall, acara ini cukup lengkap menyajikan definisi millenial dari berbagai perspektif. Bagaimana akademisi melihat millenial, birokrasi, dunia usaha, hingga bagaimana millenial menanggapi generasi mereka sendiri. Buat saya lho, ya. Acara dilaksanakan di tempat yang cukup representatif dengan fasilitas yang sangat memadai.

Semoga bermanfaat 😊.

Referensi:

1. http://fortune.com/2015/03/26/3-things-millennials-want-in-a-career-hint-its-not-more-money/
2. https://news.gallup.com/businessjournal/193274/millennials-jobs-development-opportunities.aspx
3. https://hbr.org/2016/05/what-millennials-want-from-a-new-job
4. https://www.ideastogo.com/articles-on-innovation/what-matters-to-millennials-6-insights-you-cant-ignore
5. https://www.mcknights.com/marketplace/millennial-perspectives-what-matters-to-millennials/article/571938/